Layangan Putus Vs Asset Untuk Perempuan
Hellow Assalamualaikum
Entah kapan tulisan layangan putus itu di posting tapi yang jelas aku baru tahu soal itu semalam.
Berawal dari postingan teman dan banjir komentar di facebook.
Kemudian insting kekepoan yang hakiki itu kembali muncul.
Langsung googling dari mulai tulisan part 1 sampai part 4, kemudian siapa suami dan pelakornya.
Nemulah titik terang dan menjawab kekepoan momiki ( Momy Dzikri )ini.
Memang tulisan layangan putus itu sangat menyayat hati kaum perempuan.
Terutama seorang ibu, membayangkan bagaimana tambatan hati penyempurna separuh agama pergi.
Ditambah si buah hati yang masih sangat memerlukan payung penyejuk dan pelindung.
Lepas dari apa yang dialami si momi, banyak hal dan hikmah yang dapat kita ambil dari cerita tersebut.
Kita harus berfikir realistis karena tidak pernah ada seorangpun tau apa yang akan terjadi esok hari.
Pernah ketika awal menikah 2th lalu, sering mendengar cerita atau mendapat nasehat seputar pernikahan.
Dari mulai perubahan status, perubahan perilaku hingga soal gono gini.
Ya tapi memang apa yang diceritakan oleh orang yang sudah pernah mengalami kadang benar adanya.
Dulupun saya tidak percaya apa iya pacar ketika sudah menikah akan berubah saat pacaran sesayang itu dia dengan saya
apakah benar atau hanya menakut-nakuti, saya selalu merasa saya lebih mengenal dia daripada siapapun.
Begitu menikah apa yang di katakana senior-senior benar adanya.
Kita akan mengenal seseorang secara mendalam setelah hidup bersama dan melewatkan hari - hari bersamanya beda dengan saat kita masih pacaran dulu ( Ibarat jaman dulu itu kita baru kenal kulitnya) Upssss.
Kembali ke kisah layangan putus dimana di ceritakan penulis bahwa semua biaya anak dan lain - lain termasuk supir anak-anakpun di berhentikan oleh sang suami, biaya pendidikan kesehatan semua di lepas tanggung jawab ke sang istri.
Sebagai seorang akuntan langsung yang saya tangkap adalah semua asset tetap adalah milik atau atas nama sang suami.
Saya pernah mendapat nasehat dari para emak senior bahwa kalo bisa asset tetap adalah milik istri atau atas nama istri.
Karena asset tetap contohnya rumah, tanah, deposito, bangunan dan lain - lain jika atas nama istri sudah pasti ketika terjadi hal-hal seperti layangan putus semua milik istri adalah untuk anak - anaknya.
Sedangkan bila atas nama suami mungkin bias jadi seperti momi layangan putus beliau dan anak - anak tidak mendapatkan apa -apa.
Bukan soal matre tapi yang kita fikirkan adalah masa depan anak kita.
Hal yang sangat penting kedepan akan seperti apa menyiapkan yang terbaik.
Dan harus juga kita ingat bahwa banyak tulisan menyatakan ujian laki-laki adalah harta, tahta dan wanita.
Kita harus melindungi apa yang menjadi hak anak kita di masa yang akan datang.
Salah satu bentuk melindungi masa depan anak adalah melindungi asset tetap berwujud maupun tidak berwujud.
Menjadikan asset tersebut atas nama kita jadi apabila ada pelakor yang memang identic mengincar harta maka dia hanya dapat suami yang tak setia karena semua adalah milik anaknya yang tidak bisa dia bawa pergi.
Lalu apakah pelakor akan bertahan seperti ketika kita menemani suami kita dari titik nol.
Ketika semua apa yang dia impikan ternyata hanya kulit saja sedangkan bagian dalam adalah hak dan milik plus atas nama istri dan anaknya.
Kembali lagi ke kita masing - masing.
Ini hanya sebuah tulisan dan tanpa ada maksud menuduh ataupun menjudge siapapun.
Kita semua memiliki posisi dan resiko yang sama dalam kehidupan.
Semoga tulisan ini bermanfaat.
Salam.
1 komentar
terima kasih mbak tulisannya membantu sekali memberi pencerahan
BalasHapus